Minimalisme : Perjalananku Menyederhanakan Hidup
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Beberapa tahun lalu, aku adalah tipe orang yang suka menimbun barang. Lemari penuh, meja kerja berantakan, dan isi HP? Ratusan foto dan aplikasi yang jarang dipakai. Anehnya, makin banyak yang kupunya, makin sering aku merasa lelah—secara fisik dan mental.
Sampai suatu hari, aku membaca kalimat sederhana: “Less is more.” Awalnya terdengar klise. Tapi entah kenapa, kalimat itu nyangkut di kepala. Aku mulai cari tahu tentang minimalisme. Bukan yang ekstrem, ya. Aku enggak langsung buang semua barang atau pindah ke rumah super kosong. Tapi perlahan, aku mulai mengurangi, dan ternyata hidupku berubah.
Langkah Pertama: Merapikan yang Kusentuh Setiap Hari
Aku mulai dari meja kerja. Di situ aku sadar, 70% barang yang ada sebenarnya enggak perlu. Pensil kering, kertas catatan 2 tahun lalu, kabel yang bahkan aku lupa fungsinya. Setelah bersih-bersih, ada rasa lega yang susah dijelaskan. Seperti napas yang selama ini tertahan akhirnya bisa keluar.
Setelah itu, berlanjut ke lemari. Aku pakai metode sederhana: kalau dalam 6 bulan terakhir enggak dipakai, artinya aku enggak benar-benar butuh. Hasilnya? Aku menyumbangkan 3 tas besar pakaian, dan anehnya, justru merasa punya lebih banyak pilihan pakaian karena semua yang tersisa benar-benar aku suka dan nyaman dipakai.
Minimalisme Bukan Cuma Soal Barang
Yang enggak kalah penting, aku juga mulai menyederhanakan jadwalku. Dulu, aku gampang bilang iyake semua ajakan—nongkrong, proyek tambahan, undangan ini-itu. Akhirnya capek sendiri. Sekarang aku lebih selektif. Aku belajar bahwa istirahat dan waktu sendiri itu juga produktif.
Begitu juga dengan dunia digital. Aku unfollow akun-akun yang bikin insecure, bersihin galeri, bahkan sempat detoks media sosial seminggu. Hasilnya? Pikiran jauh lebih tenang. Aku jadi lebih hadir di momen-momen kecil yang sering terlewat.
Apa yang Aku Dapat?
Bukan sekadar ruangan yang lebih rapi, tapi juga ruang dalam diri yang lebih lapang. Aku belajar membedakan mana yang penting dan mana yang hanya memenuhi ruang kosong. Aku enggak bilang hidupku sekarang sempurna—tapi rasanya lebih ringan. Dan kadang, itu jauh lebih penting.
Kalau kamu sedang merasa sumpek, mungkin bukan karena kamu kurang punya sesuatu, tapi karena terlalu banyak memegang hal yang sebenarnya enggak perlu. Cobalah mulai dari satu sudut kecil—dan rasakan sendiri bagaimana rasanya punya ruang lebih, di rumah maupun di hati.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar